CERITA BAHASA BALI SIAP SELEM

 SATU BASA BALI

I SIAP SELEM

SI AYAM HITAM
THE BLACK HEN

KEYWORDS :

balinese fairy stories, balinese fairy tales, cerita bahasa bali, cerita rakyat bahasa bali, cerita rakyat bali, satua bali, siap selem, ayam hitam, cerita siap selem, satua siap selem, folklore, popular beliefs

CONTENT :

Halo pembaca sekalian, bagaimana kabar kalian ? Saya harap Anda dalam kondisi bai-baik saja.
Untuk postingan hari ini akan saya gunakan bahasa Indonesia dan mungkin saja seterusnya juga aan mengunakan bahasa Indonesia.
Mengapa saya memutuskan seperti itu ? Karena saya ingin mendaftarkan blog ini supaya mendapatkan penghasilan, setidaknya bisa saya gunakan untuk membeli es teh dan salah satu persyaratannya adalah menggunakan bahasa yang telah ditentukan oleh mereka, namun sayangnya bahasa Bali belum termasuk kedalam bahasa yang mereka tentukan, jadi saya berencana merubah semua isi dari blog ini setidaknya menggunakan bahasa Indonesia.

Postingan ini mengenai salah satu cerita rakyat yang telah ada di Bali dan diceritakan secara turun menurun, cerita ini mengenai perjuangan induk ayam dalam melindungi anak-anaknya, ya betul ! Cerita ini berjudulkan I Siap Selem yang bilamana diartikan dalam bahasa Indonesia akan menjadi Si Ayam Hitam, dalam bahasa Inggris akan menjadi The Black Hen.

Tanpa panjang lebar mari kita nikmati cerita rakyat yang mungkin saja pernah Anda dengarkan!

Pada zaman dahulu...
Di sebuah desa pedalaman, hiduplah seekor induk ayam betina yang bernama "Selem" bersama dengan anak-anaknya yang berjumlah empat belas ekor. Di desa itu mereka hidup tentram dan damai, hingga suatu hari....

Hari dimana langin bermurung duja, pertanda akan menangislah sang langit. Pada saat itu si Selem bersama anak-anaknya sedang asik mencari makan di sawa seberang sungai. "Gluduk duar, duar, duar" suara petir bersambaran di langit, mendengar itu si Selem panik dan langsung memanggil para anaknya untuk segera pulang, sayang oh sayang, mereka terlambat untuk pulang, air di sungai semakin tinggi hingga akhirnya menutupi jembatan untuk mereka pulang.

Dalam kepanikannya ketika menyadari bahwa mereka terjebak datanglah si "Meong Garong" bagaikan kesatria baja hitam. 

Meong Garong pun berkata "Hei kamu, Selem. Hujan lebat begini kenapa kau diluar berdiam diri ?", dengan wajah polos dan seakan-akan tidak tahu mengapa.

"A-a-aku dan anakku tidak bisa pulang.", sahut si Selem dengan terbata-bata menahan kedinginan lebatnya hujan.
"Ah mantap! Kesempatan nih xixixixi", pikir si Meong Garong.

"Kalau begitu mari singgahlah ke gubukku, kau bisa berteduh sebentar hingga hujannya reda.", kata Meong Garong sambil memikirkan makan malam yang nikmat ini xixixi.

"Benarkah ?", tanya si Selem dalam keputusasaanya, sembari berharap apa yang dikatakan oleh Meong Garong benar.

"Tentu saja! Kita harus saling membantu satu samalain.", ungkas si Meong Garong yang terhanyut dalam pikiran piciknya xixixi.

Akhirnya si Selem dan anak-anaknya berjalan mengikuti langkah kakinya Meong Garong menuju sebuah gubuk tua, tempat si Meong Garong menetap.
Selama perjalanan tidak pernah terlintas di pikiran si Selem apa yang akan terjadi kepada dirinya xixixi.

Setibanya di gubuk tua, Meong Garong bergegas masuk kedalam kamarnya dan menyembunyikan tulang-belulang di dekat tumpukan batu hitam sebelah kamar mandi. Setelah memberikan perintah kepada si Selem untuk mandi dan bersiap makan, si Meong Garong memasak hidangan makan malam yang gelap gulita itu, tidak lupa ia tambahkan ramuan-ramuan untuk pemulas tidur xhaxhaxha.

"Selem, oh...h Selem ! Masuklah, mari kita makan bersama-sama, kasihan anak-anakmu pastinya mereka kelaparan dan kedinginan!", teriak Meong Garong dari meja makan di dapur.

"Ahhh.... maaf merepotkanmu Garong, bila hujan telah reda kami akan bergegas pulang.", sahut si Selem dengan wajah malunya.

"Bukan apa-apa, mari mari kita makan saja dulu, xixixi", kata Meong Garong dengan wajahnya yang sok suci.

Hidangan malam itu begitu nikmat, ditambah lagi dengan suasa hujan yang membawa hama dingin menjadikan maanan hangat itu menjadi lebih nikmat.
Selesainya makan, tidak berselang dua puluh menit, si Selem dan anak-anaknya merasa ada yang aneh dengan makan itu.
Tentu saja, mereka merasa aneh, karena ramuan kucing tidak akan memiliki efek yang sama bila diberikan kepada ayam.
Kecurigaanya masih ditahan, karena merasa tidak enak hati kepada Meong Garong yang sudah mengizinkan mereka berteduh dirumahnya, hingga.... salah satu anak si Selem kebelet dan pergi ke kamar mandi.

"Aduh, apaan ini ?! Kakiku sakit sekali karena tersandung ini.", mur-mur anaknya Selem.

Sembari mengelus-ngelus kakinya yang kesakitan, ia terkejoed ! Terheran-heran, melihat benda putih bergeletakan di sekitarnya.

"Ah-ah-ah-ah tu-tu-tulang !!!", teriaknya dan sontak saja terikan itu membawa si Selem ke sisinya.

"Susssh!!!", isyarat Selem kepada anaknya untuk diam dan jangan berisik. Kemuadian Selem menjelaskan apa yang akan terjadi kepada dirinya dan saudara-saudarany.

"Diem ya! Ibu tahu kamu bingung dan takut, tapi tenang saja ibu sudah ada rencana supaya kita bisa bebas dari sini dalam keadaan selamat semuanya.", kata si Selem kepada anaknya.

"I-i-iya bu, aku takut banget hikhikhikhik." , sahut anaknya dalam isak tangisnya.

"Pertma-tama kita akan pura-pura tidur di dekat batu hitam itu, kemudian ibu akan memberikan syarat dengan hitungan satu sampai lima belas, setiap hitungan kamu terbang keluar bersama saudaramu, begtu hitungan kelima belas ibu akan memanggil si Meong Garong dan pura-pura mengingau.", jelas si Selem dengan panjang lebar, akhirnya si anak memberitahukan kepada saudara-saudaranya rencana ibu mereka.

"Selem, oh selem, kamu dimana ??", tanya si Meong Garong dengan aura membunuhnya yang tidak terkendali.

"Uhuk-uhuk, aku di sini, Garong, mau menghitung anakku sebelum tidur dulu.", sahut Selem dengan aktingnya.

"Ohh, nanti aku kesana ya, ada yang aku bicarakan.", balas Garong dengan penuh nafsu xixixixi.

"SIipss, Garong, ntar habis aku menghitung sampai lima bleas kesini dah!", timpa Selem dengan nada polos seolah-olah tidak tahu ada apa dibalik kebaikan si Garong.

Meong Garong pun bergegas ke dapur menyiapkan bumbu untuk "main menu" yang akan disantapnya xixixixi.

"Shshsh, anak-anak inget ya, ibu akan hitung dari satu hingga lima belas, kalian terbang keluar setia hitungan dimulai dari yang paling bungsu ya.", perintah ibunya dengan pelan-pelan.

"Satu, pak pak pak.",suara terbang anaknya yang bungsu.

"Apa itu Selem ? Ada suara di belakang!", tanya si Garong.

"Bukan apa-apa Garong, ini ada plastik tidak sengaja terinjak.", sahut si Selem.

"Ayo siap-siap, sekarang yang kelima, li-lima! Prokpokpokpok".

"Ada apalagi itu Selem ? Masih ada plastiknya ??", tanya si Garong keheranan.

"Bu-bukan apa-apa kok Garong, ini cuma sayapku diinjak anakku.", sahut si Selem sembari mencari alasan suapaya si Garong tidak curiga.

"Ohh, hati-hati ya, kasihan nanti kalau sayapmu terluka.", timpal si Garong, dengan sok perhatian xixixixi.

"Empat belas, kuy terbang sana!", seru Selem kepada anaknya yang terakhir.

"Garong, ini udah yang kelima belas sini jadi ?", tanya si Selem yang bertepatan dengan cacing-cacing di perut si Meong Garong yang sudah kepanasan.

Meong Garong yang sudah tidak tahan lagi akhirnya bersiap-siap dengan posenya seperti atlet lari profesional. Garong bersiap, sedia, yak maju, Meong Garong menerjang dan menerkap si Selem dengan penuh semangat.

Kog, kretek-kretek, suara gigi si Meong Garong yang lepas satu persatu karena menggigit si Selem yang sebenarnya sudah terbang keluar dan meninggalkan batu hitam yang mirip dengan dirinya wkwkwkw.

"Ketawai si Meong Garong anak-anak !", seru si Selem kepada anak-anaknya ketika melihat gigi si Meong Garong jatuh satu-persatu akibat keseraahannya sendiri wkwkkwkw.

BERSAMBUNG

Bersambung  ke :  Dadong Dauh

Baiklah pembaca sekalian, saya kira demikian cerita yang berjudul I SIAP SELEM, THE BLACK HEN, atau SI AYAM HITAM, untuk postingan kali ini. Cerita ini sebenarnya ada beberapa versi di Bali, saya coba untuk menceritakannya embali dalam bahasa Indonesia dengan versi saya sendiri karena ini cerita yang saya dengar ketika masih SD.

Sekiranya ada yang kurang atau tanggapan atau kritit baik mengenai cerita ini maupun blog ini jangan sungkan untuk menyampaikannya baik di kolom komentar, contact us, dan sebagainya.

Terimakasih telah berkunjung dan membaca :)



Comments

Yang bingung, ada PR, pertanyaan, saran, dan sebagainya silahkan tinggalkan komentar di kolom komentar ! Untuk yang memerlukan fast respon silahkan hubungi melalui WA di "TANYA PR".